Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Budaya Cinta Tanah Air

     Nilai budaya cinta terhadap tanah air terdapat dalam cerita pendek Salvador (Seno Gumira Adjidarma), Tsim Tsa Tsui (Yanusa Nugroho), dan Jaksa Agung Artogo (Satyagraha Hoerip).

     Nilai cinta tanah air dalam cerita pendek Salvador karya Seno Gumira Adjidarma, diungkapkan lewat tokoh Salvador.

Ada yang ingin lewat.

     Salvador sangat membenci para serdadu yang telah beratus-ratus tahun menjajah tanah tumpah darahnya. Ia berusaha memimpin rakyat pribumi melawan para penjajah yang sangat kejam itu. Demi bangsa dan tanah airnya, Salvador tidak merasa gentar menghadapi para penjajah yang bersenjata lengkap. Ia rela berkorban apa saja demi cintanya terhadap tanah airnya. Ia bahkan berani menghadapi resiko mati, seperti terungkap lewat kutipan berikut ini.


     "Pengumuman! Pengumuman! Inilah mayat Salvador, seorang pencuri ayam! Ia telah dihukum tembak sampai mati, dan mayatnya digantung di gerbang kota, sebagai peringatan bagi mereka yang berani membangkang (Salvador: 17)


     Sudah sejak lama para serdadu berusaha menangkap Salvador. Mereka menganggap Salvador seorang pemberontak dan pembangkang yang harus dibereskan secepatnya. Mereka melakukan segala macam cara untuk menangkap Salvador, antara lain, mengadakan sayembara. Perhatikan kutipan berikut.


Dicari

SALVADOR

Maling Ayam

Hidup atau Mati

Hadiah US$ 5000

(Salvador:18)


Salvador hanyalah satu dari beberapa pejuang sebelumnya. Dia adalah seorang pemberani yang berjuang membebaskan negeri tandus yang dicintainya itu dari para penjajah. Di satu pihak dia dianggap pemberontak dan pembangkang, tetapi di pihak lain, Salvador adalah pahlawan. Perhatikan kutipan berikut.


Kuambil jenazah Salvador

pemimpin kami yang berani.

Aku, Carolina Santana

Kini memimpin perjuangan

(Salvador:21) 



Post a Comment for "Nilai Budaya Cinta Tanah Air"