Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Budaya Pendayagunaan Alam dalam Cerpen Parang Garudo

      Dalam cerita pendek Parang Garudo karya Satyagraha Hoerip usaha memanfaatkan alam dilakukan oleh Jeng Tituk dan keluarganya. Jeng Tituk dan Sasmadi, suaminya, menyadari bahwa alam merupakan sumber kehidupan. Sebab itu merke berusaha memanfaatkannya, mendayagunakannya. Mereka menikmati hasil usaha mereka itu.

     Usaha memanfaatkan alam yang dilakukan Jeng Tituk dan keluarganya adalah menanam bermacam-macam tanaman di kebun dan halaman rumahnya. Ada tanaman buah-buahan seperti pohon nangka, mangga, belimbing, srikaya, dongdong dantanjung serta tanaman bunga seperti anggrek, melati dan kemangi. Mereka juga memelihara ayam. Perhatikan kutipan berikut.


     DI halamannya yng luas banyak tumbuh banyak tumbuh pohon-pohon tinggi maupun yang agak rendah. Ada nangka, mangga, belimbing, srikay, dan tanjung. Bunga anggreknya dimana-mana. Juga kandang ayam bekisar tiga buah. Barisan kembang melati dan kemangi ditanam berdekatan (Parang Garudo:46).


     Jeng Tituk dan keluarganya memanfaatkan daya alam seperti di atas sebagai usaha sambilan. Dia dan suaminya adalah pengusaha batik. Sasmadi, suaminya, seorang pakar mendisain batik modern dan ahli menilai batik tulis secara tradisional. Kendatipun begitu usaha memanfaatkan sumber daya alam itu tentu tidak sia-sia. Tanaman nangka, belimbing, srikaya, dondong, dan tanjung mencukupi kebutuhan mereka akan buah-buahan. Bunga-bunga anggrek, melati, dan ayam bekisar, merupakan hiburan yang mampu memberikan rasa senang di hati. Setidaknya bunga-bunga itu mampu memenuhi kebutuhan mereka akan keindahan, bahkan, mengurangi depresi dan lelah setelah bekerja seharian.

     Alam ini, baik berupa flora, fauna, tanah, maupun air, sangat beharga. Jeng Tituk dan keluarganya terasa sengaja ditampilkan dalam cerita pendek Parang Garudo untuk memberi contoh memperlakukan alam. Bagaimanapun alam perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa merusaknya. Alam harus diolah, didayagunakan, sekaligus dilestarikan. Sebab alam dan manusia berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Jika kita merusak alam tentu kita juga yang akan menanggung segala akibatnya.



Post a Comment for "Nilai Budaya Pendayagunaan Alam dalam Cerpen Parang Garudo"