Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Keimanan Terhadap Tuhan dalam Cerita Pendek Tamu dari Jakarta

      Sikap Atik dan suaminya dalam cerita pendek Tamu dari Jakarta karya Jujur Prananto juga didasari rasa percaya terhadap Tuhan. Menurut Atik dan suaminya, berbuat tercela seperti menipu dan mencuri itu berdosa dan menolong orang yang membutuhkan pertolongan merupkan perbuatan terpuji dan berpahala. Konsep dosa dan pahalaa semacam ini beersumber pada keyakinan adanya zat yang jauh lebih berkuasa daaripada manusia, yakni Tuhan yang memberi aturan dan pedoman hidup.

     Atik dan suaminya berusaha mematuhi atauran dan pedoman hidup seperti di atas dilandasi keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah berhenti mengawasi dan mengganjar setiap hamba-Nya sesuai dengan perbuatan masing-masing. Atik maupun suaminya yakin bahwa perbuatan jahat sekecil apa pun akan dilihat dan dibalas Tuhan dengan hukuman atau siksaan. Sekecil apa pun perbuatan baik akan dibalas Tuhan dengan kebaikan atau kesenangan.

     Keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Adil dan Maha Bijaksana itulah yang menyebabkan Atik dan suaminya berusaha bersabar ketika Ratna mengecewakan mereka. Mereka yakin sepenuhnya bahwa Tuhan melihat dan membaslas setiap perbuatan hamba-Nya secara adil. Perhatikan kutipan berikut.


     "Tertipu memang tidak enak, tapi toh tidak berdosa. Yang berdosa kan yang menipu," begitulah saya selalu menghibur Atik kalau tiba-tiba amarahnya kumat, begitu pula Atik selalu menghibur saya kalau malam-malam saya bermimpi mencekik leher Ratna (Tamu dari Jakarta:35)



     Perbuatan Ratna memang menyakitkan hati Atik dan suaminya tetapi suami istri tiu sepakat untuk tidak membalas kejahatan sahabatnya itu dengan kejahatan pula. 

     Ratna merupakan sahabat Atik semasa di SMP dan SMA. Setelah sangat lama mereka tidak bertemu, surat Ratna datang ke alamat Atik. Ratna memiliki kegiatan bisnis di Solo dan akan menyempatkan diri mampir ke rumah Atik di Klaten. Ratna disambut dengan penuh keramahan dan kekeluargaan. Rupanya Ratna memiliki tujuan lain selain menjumpai dan melepas kangen dengan sahabat lamanya itu. Hal tersebut terungkap lewat kutipan berikut.



     Sulit begi Atik --dan bagi saya juga-- utui menerima kenyataan bahwa Ratna telah melakukan perbuatan tercela. Tapi nyatanya ia telah meminjam uang dengan alasanmembeli barang yang tak pernah benar-benar dibelinya. Nyatanya ia datang ke Solo cuma untuk berkeliling pasar serta pusat-pusat pertokoan dan tak ada seorang putri Sunan pun yang harus ditemuinya. Nyatanya dia mengatakan akan pergi ke semarang sementara suaminya ke Surabaya.

     Dan nyatanya, setelah hampir setiap hari selama tiga bulan lebih Atik mondar-mandir ke bank, tidak pernah ada kabar adanya kiriman uang dari Jakarta yang masuk ke dalam rekening tabungannya! Ratna menghilang meninggalkan hutang (Tamu dari Jakarta:35)


     Sikap Ratna tersebut bukan hanya mengecewakan Atik dan suaminya melainkan juga merusak kepercayaan mereka. Untunglah Atik dan suaminya dapat bersabar dan yakin akan keadilan Tuhan. Mereka serahkan persoalan tersebut kepada Tuhan. Dengan begitu mereka dapat merasa tenang.


     

Post a Comment for "Nilai Keimanan Terhadap Tuhan dalam Cerita Pendek Tamu dari Jakarta"