Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Budaya Berserah Diri Kepada Allah, Tawakal

      Budaya semacam ini didasari kesadaran manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki keterbatasan. Tidak semua harapan manusia dapat diraih. Ada kalanya harapan justru bertentangan dengan kenyataan. Budaya tawakal atau berserah diri kepada Allah semacam ini sangat berperan sebagai pemelihara ketenteraman hati manakala kenyataan yang di hadapi jauh lebih buruk dari harapan atau keinginan. Tawakal atau berserah diri semacam ini mampu menghadirkan rasa damai di hati.

     Perlu ditegaskan di sini bahwa berserah diri yang dimaksud di sini bukan berserah diri atau sepenuhnya pasrah tanpa ada usaha yang mendahuluinya. Seseorang berserah diri kepada Allah hanyalah berhubungan dengan hasil akhir setelah dia berusaha keras mewujudkan harapan-harapannya itu. Seseorang tidak bisa disebut tawakal bila hanya menyerah, pasrah, tanpa ada usaha sedikit pun dalam menghadapi persoalan. Orang yang pasrah semata-mata pada keadaan adalah orang yang pemalas yang membiarkan dirinya terus-menerus menderita kerugian.

     Dari enam belas cerita pendek yang diteliti hanya dua cerita pendek yang jelas mengandung nilai budaya tawakal dan berserah diri kepada Allah. Cerita-cerita pendek tersebut adalah Tamu dari Jakarta karya Jujur Prananto dan Jaksa Agung Artogo karya Satyagraha Hoerip.


Baca: Nilai Budaya Tawakal dalam Cerpen Tamu dari Jakarta

Post a Comment for "Nilai Budaya Berserah Diri Kepada Allah, Tawakal"