Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sajak Bomanto

Wajah Penuh Luka

Dulu kita sepakat menanam bhineka tunggal ika di relung hati dan berjanji senantiasa memupuknya hingga kerindangannya meneduhi jejak-jejak setiap anak
yang datang kemudian. Badai yang sengaja memporak-porandakan rajutan temali dalam darah
yang tumpah sepanjang sejarah, kita halau dengan batu karang di dada apalagi sekedar riak-riak lautan yang mempesona jiwa. Dulu kita sepakat menanam bhineka tunggal ika di darah merdeka karena tigaratus lima puluh tahun remukredam bersama dan tak kunjung berjaya mencuci aroma sampah dalam setiap lagu dan tarian kita. Mengapa kini senapan menyalak, pedang, dan panah bersimbah darah di jalan-jalan sekedar demi amarah yang merobek langitmu semakin parah? Cobalah berkaca sejenak dan lihatlah wajah kita yang coreng-moreng dan penuh luka bernanah yang mengundang tawa ria. Mungkin esok wajah kita adalah onggokan sampah di antara tumpukan berlian, mungkin juga menjelma dinosaurus yang menghiasi cerita-cerita anak yang lahir dengan keselarasan hati dan kepala.

Simpang, 08-10-2010

Post a Comment for "Sajak Bomanto"