Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Budaya Bersyukur dalam Cerita Pendek Reuni

      Dalam cerita pendek Reuni karya Jujur Prananto nilai suka bersyukur ini ditunjukkan oleh Atmojo Miring, seorang juru kunci sebuah kompleks makam. Sebelum ini Admojo Miring adalah lelaki kurang waras alias miring pikirannya. Allah menghendaki dia sembuh dan akhirnya bekerja sebagai penjaga makam. Admojo Miring sangat bersyukur atas rahmat Allah yang sangat berharga ini. Perhatikan kutipan berikut.


     "Benar, saya Atmojo Miring. Memang begitulah saudara-saudara lain menjuluki saya, karena dulu pikiran saya memang pernah miring, alias tidak waras. Tapi atas kuasa Gusti Allah Yang Mahakuasa jugalah pada akhirnya saya bisa sembuh. Dan berkat kemurahan-Nya pula saya masih diberiki kekuatan menjadi penjaga makam (Reuni:60)


     Rasa syukur itu ditunjukkan Atmojo Miring bukan hanya pada saat dia menyadari nikmat yang diterimanya dari Allah. Rasa syukur ada dalam dirinya saat dijumpainya kerabatnya dalam keadaan sehat. Atmojo Miring mengucapkan syukur ketika Kemal, putra kakak sepupunya, dalam keadaan sehat sejahtera. Simaklah kutipan berikut.


     "Ucap syukur pada Gusti Allah Yang Maha Kuasa, putra Mbakyu Westi dikaruniai kesehatan dan kesejahteraan. Semoga begitu pula dengan putra-putrinya yang lain. Kalau Nak Mas datang kemari atas amanah Mbakyu Westi, betapa gembiranya saya sebab tidak lama lagi makam ini tentulah akan kembali tertata rapi (Reuni:60).


Kemal diutus Westi, ibunya yang sdang sakit, di Bantul Yogyakarta, ini untuk berziarah ke makam Ki Purwosutedjo. Salah seorang saudara mereka memberi kabar bahwa makam kakek Keml itu rusak berat, pondasinya hampir amblas dan perlu mendapat perhatian. Ternyata salah seorang saudara yang  memberi kabar itu adalah Atmojo Miring, adik sepupu Westi. Ini pertemuan yang penuh arti dan perlu disyukuri.

Post a Comment for "Nilai Budaya Bersyukur dalam Cerita Pendek Reuni"