Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sikap Suka Bersyukur dalam Cerpen Parang Garudo

      Sikap suka bersyukur juga dimiliki Rubingah dalam cerita pendek Parang Garudo karya Satyagraha Hoerip. Pada masa kejayaan pasaran batik tulis, Rubingah merupakan seorang pembatik. Setelah pasaran batik tulis mengalami kelesuan, ia ditampung (tetap tinggal) di rumah majikannya sementara semua teman kelhilangan pekerjaan dan berusaha di tempat lain. Rubingah merasa senang dan sangat bersyukur atas apa yang diterimanya dari Tuhan. Di rumah bekas majikannya itu Rubingah masih dapat ikut merasakan kesenangan hidup.Perhatikan kutipan berikut.


"Mangkanya Yu Supi, kalau saja saya ini tidak ditampung terus di rumah ini, lha mau kemana? Keluarga juga sudah tidak punya," katanya, perlahan tapi jelas. "Dari mana mana orang berdatangan ke sini. Mengeluh sambil pinjam uang. Ya, kawan-kawan kita dulu itu, yang pernah kerja di sini. Kata mereka semua harganya naik terus. Cabe, minyak kelapa, minyak tanah, gula, garam. Di sini sih, saya masih sering ikut makan daging. Paling tidak ya sepuluh hari sekali. lha mereka? Saya pikir-pikir, gusti Allah itu sudah menempatkan saya enak di sini kok; masa masih mau kurang terimo? (Parang Garudo: 48).

     Dalam kutipan di atas ditemukan sikap Rubingah dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menyadari bahwa keadaan hidupnya adalah rahmat-Nya, sehingga dia merasa harus bersyukur. Ia mensyukuri rahmat yang dilimpahkan Tuhan. 

Post a Comment for "Sikap Suka Bersyukur dalam Cerpen Parang Garudo"