Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Budaya Suka Bersyukur dalam Cerita Pendek Telinga Rustam

      Satu cerita pendek lagi yang mengandung nilai suka bersyukur kepada Allah ini adalah Telinga Rustam karya Adek Alwi. Nilai suka bersyukur tersebut diungkspksn tokoh Man, sahabat karib Rustam. 

     Suatu hari kampung Rustam heboh. Di kampung ini tersebar desas-desus tentang manipulasi uang ganti rugi tanah-masyarakat yang digunakan untuk pembangunan hotel. Menurut desas-desus yang gencar itu uang yang diterima masyarakat jumlahnya jauh lebih kecil dari jumlah yang seharusnya. Kemungkinan besar uang tersebut dinikmati pihak kepala desa dan aparatnya.

     Tentu saja desas-desus tersebut menimbulkan reaksi pihak kepala desa tersebut. Banyak warga masyarakat yang dipanggil ke kelurahan, ke kecamatan, bahkan ke kantor polisi. Rustam termasuk orang yang dicurigai, dipanggil ke kecamatan, dan pulang ke rumah dengan telinga mmar, bengkak. Si Man, teman karib Rustam, dalam keadaan aman dan tidak terbawa-bawa kehebohan itu. Ia bersyukur masih dikaruniai kesehatan dan keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Perhatikan kutipan berikut.


     PULANG dari rumah Rustam itu terasa amat sunyi. Aku merenung di sepanjang jalan. Bedug magrib mulai ditabuh. Aku semakin yakin terlah terjadi manipulasi atas harga tanah kami. Kami ditipu dan dirugikan. Kami dibodohi mentah-mentah.

     Kudengar azan magrib dikumandangkan Unus dari surau Dingu. Aku mencoba menenangkan diri dan bersyukur karena telah diberi-Nya usia panjang sampai hari ini. Magrib ini (Telinga Rustam:113)

Post a Comment for "Nilai Budaya Suka Bersyukur dalam Cerita Pendek Telinga Rustam"