Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Suka Berdoa dalam Cerpen Salvador

      Dalam cerita pendek Salvador karya Seno Gumira Ajidarma kita temukan nilai budaya suka berdoaa yang lahir dalam suasana yang diliputi kecemasan. Kekejaman dan panjajahan yang berlangsung slama beratus-ratus tahun te;ah menimbulkan penderitaan hidup orang-orang yang mendiami kota di daerah kering dan tandus itu. Setelah perjuangan mereka mengatasi penderitaan hidup di dunia tidak berhasil mereka berharap agar mereka atau pahlawan-pahlawan mereka mendapat kehidupan yang lebih baik di sisi Tuhan. Perhatikan kutipan berikut.


     Seusai makan malam, seluruh isi kota keluar dari rumahnya, membentuk sebuah iring-iringan yang panjang di jalanan, menuju gereja. Badai pasir masih menyapu kota dengan tiupan yang kencang, tapi orang-orang yang barangkali saja berduka itu tetap saja berjalan dalam gelap ke gereja, dengan langkah terseret dan kepala tertunduk dalam-dalam (Salvador:20)


Doa orang-orang tersebut, antara lain, berbunyi sebagai berikut


Requim aeternam dona eis Domine

et lux perpetua luceat eis

in memoriam aetrna erit iustus

ab auditione mala non timebit

(Salvador:21)


Doa dalam bahasa Latin tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia (sesuai dengan catatan kaki topik ini) sebagai berikut.

 Ya, Tuhan, berilah mereka istirahat yang

kekal, dan sinarilah mereka dengan cahaya

abadi. Orang benar akan diingat selama-

lamanya. Ia tidak takut kepada kabar celaka (salvador: 21)

Post a Comment for "Nilai Suka Berdoa dalam Cerpen Salvador"