Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Budaya Tawakal dalam Cerpen Jaksa Agung Artogo

      Sikap tawakal juga diperlihatkan tokoh Sastrawan dalam cerita pendek Jaksa Agung Artogo karya Satyagraha Hoerip. Sastrawan ini berjuang bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk kepentingan orang banyak khususnya rakyat miskin yang hidupnya selalu tertindas. Sekuat tenaga dan kemampuan ia berjuang membela hak-hak rakyat miskin tersebut meskipun akhirnya ia harus bersabar dan tawakal ketika usahanya itu belum berhasil.

     Dengan keberaniannya, Sastrawan mengadukan nasib rakyat miskin yang diperlalukan semena-mena oleh aparat pemerintah itu kepada Yosef Billy Artogo, Jaksa Agung negara Eriolia. Sastrawan ini bahkan mendesak Yozef Billy Artogo untuk mendesak rekan-rekan seperjuangannya guna menghentikan tindakan produk kaun kolonialis imperialis asing yang tidak berperikemanusiaan. Perhatikan kutipan berikut.


"Dan saya yakin, Pak, pembakaran itu diatur. Masa' api kok dari empat arah yang berlainan. Dan gilanya, masing-masing lalu bergerak menuju ke tengah. Mustahil bisa lolos dari giringannya. Biarpun ahli tapi kawanan pengatur pembakaran itu, Pak, saya kutuk!"

     "Kita kan bukan seperti bangsa-bangsa tetangga kita, pemakan manusia," sambung tamu tersebut. "Kita tidak seharusnya makan bangsa sendiri. Terlebih lagi makan yang miskin. Kalau saja Bapak tahu, betapa mereka itu melolong-lolong dan dari atas kami bisanya cuma nonton. Demi dia, kami bukanlah kaisar Nero, Pak, yang sanggup menyanyi gembira melihat rakyat diburu-buru api." (Jaksa Agung Artogo:95)


Laporannya mendapat sambutan dari Jaksa Agung Artogo yang mulai menyadari kelalaiannya melaksanakan amanat teman-teman seperjuangannya di zaman gerilya. Jaksa Agung Artogo berusaha mengambil tindakan, tetapi Tuhan memanggilnya ke akhirat.

     Sastrawan itu berusaha memahami ketidak berhasilan usahanya kali ini dan akan berusaha lagi pada kesempatan lain. Perhatikan kutipan berikut.


     "Sayang sekali," begitu tulis Sastrawan, empat hari kemudian dalam bentuk obituari, di koran terbesar di Eriolia, wondeok Herald Tribune. "Janjinya sepada saya akan mendesak para rekan seperjuangannya agar pemerintah kita cepat melarang gerakan liar pembakaran rumah rakyat itu, belum kita ketahui: sudah ataukah baru cita-citanya saja. Tapi minimal ada goodwill-nya, but mengangkat kembali martabat kaum melarat di negeri ini."

     Sastrawan kelas tiga itu baru tahu malam hari dari TVRE, yang menyuguhkan laporan khusus upacara pmakaman Jaksa Agung  (Jaksa Agung Artogo:99)


Kembali ke Peta Situs

Post a Comment for "Nilai Budaya Tawakal dalam Cerpen Jaksa Agung Artogo"